Rabu, 12 Agustus 2009

Perawatan Dan Kontrol Penyakit Pada Kelinci

Para peternak dalam beternak kelinci harus memperhatikan sanitasi kandang dan lingkungannya untuk mempertahankan kesehatan ternak. Sanitasi adalah penjagaan kesehatan melalui kebersihan. Lantai atau alas tempat makan dan minum yang telah dikotori dari sisa makanan atau kotoran kelinci harus selalu dibersihkan. Tempat makan dan minum bisa dicuci kemudian dijemur pada sinar matahari langsung. Untuk menghindarkan penyakit menular yang berinfeksi atau parasit kandang, tempat makan dan tempat minum yang dipakai kelinci yang terinfeksi disemprot dengan disiinfektan seperti lysoll, creolin. Dinding lantai bisa dicat dengan teer atau dikapur dengan kapur atau cairan kapur yang kental. Pemeliharaan kandang dengan jalan sanitasi adalah merupakan tindakan pencegahan (preventing) yang baik.

Pemeliharaan kelinci sebenarnya mudah, namun tidak terlepas dari ancaman dan gangguan penyakit. Kelinci yang terserang penyakit pada umumnya menunjukkan gejala-gejala antara lain lesu, nafsu makan tidak ada, mata sayu, suhu badan naik turun, dan beberapa tanda khas dari penyakit yang menghinggapinya. Kelinci yang menunjukkan tanda-tanda seperti ini sebaiknya langsung dipisahkan untuk menghindari penyakit menular (Sarwono, 1989).

Beberapa penyakit yang menyerang antara lain :

Coccidiosis (berak darah).
Penyebabnya adalah coccidia, gejala penyakit ini digolongkan menjadi 3 tipe : yang ringan tanpa gejala, yang sedang mencret dan kehilangan berat badan, yang berat perut tampak besar, mencret bercampur darah yang diikuti pneumonia. Pencegahan dengan membersihkan dan mengeringkan kandang. Pengobatan dengan obat sul-Q-Nox, Noxal, Sulfa Strong (AAK, 1995).

Pneumoia (radang paru-paru).

Disebabkan oleh sebangsa bakteri yaitu pasturella multocida. Gejalanya antara lain pernafasan lewat hidung dan sesak nafas, mata dan telinga berwarna kebiruan, paru-paru lembab dan kadang-kadang berisi nanah, dan diikuti dengan mencret (scours). Dapat diobati dengan sul-Q-Nox yang dicampurkan pada makanan atau minuman (AAK, 1995).

Mastitis (radang susu).

Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus. Gejalanya antara lain temperatur naik, susu dalam keadaan panas, serta kemerah-merahan. Air susu keruh, hitam keunguan, puting berwarna merah tua atau kebiruan dan nafsu makan berkurang. Penyakit ini dapat diobati dengan injeksi dengan penicillin 2 kali sehari. Kandang didesinfektan dan tidak boleh memindahkan anak dari induk sakit ke induk yang sehat (AAK, 1995).

Bloat (kembung).

Penyebabnya udara dalam kandang lembab/basah, angin langsung, salah makan. Gejala-gejala: biasanya kelinci berdiri dengan posisi membungkuk, kaki depan agak maju, telinga turun, mata surut dan memicing, gigi berkerat menahan haus selalu mendekati tempat minum, kotoran berwarna hijau gelap dan berlendir. Penyakit ini dapat diobati dengan Stop Diare dan Gastrop, Hermohagil, Diarrheal Enteritis (Whendarto dan Madyana, 1986).

Coriza, pilek (Snuff).

Penyebabnya adalah bakteri. Gejalanya adalah bersin-bersin, nafsu makan menurun dan kaki selalu menggaruk-garuk lubang hidung. Pencegahannya: sanitasi kandang, kepadatan kandang diperhatikan, peningkatan gizi pakan, pemberian vitamin dan mineral harus cukup. Pengobatan dengan memberikan Cavia Drops (diberikan 3 sampai 5 tetes per hari per ekor).

Anatomi Dan Histologi

BAB I
PENDAHULUAN

Anatomi adalah almu yang mempelajari bentuk dan struktur semua organisme makhluk hidup. Sedangkan histologi berasal dari kata histon, yang artinya kumpulan beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih kekhususan fungsi yang membentuk jaringan. Jadi histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan tubuh.
Praktikum Anatomi dan Histologi ini diadakan untuk menunjang mata kuliah Anatomi dan Histologi. Adanya praktikum ini dapat menjadikan mahasiswa mengetahui anatomi dan histologi hewan secara nyata. Pada praktikum Anatomi praktikan mengamati kerangka, otot ayam dan mengamati kerangka, otot pada domba. Pada bagian Histologi digunakan preparat jaringan dan beberapa sistem organ. Jaringan yang diamati adalah Insula pankreatica, jaringan ren, Textus Muscularis Strictus Cardiacus, Textus Connectivus Collagenosus Compactus Regularis, jaringan Lingua, dan jaringan Hepar. Pengetahuan tentang Anatomi dan Histologi dapat menjadikan mahasiswa mengetahui dan mengerti bentuk dan struktur semua organisme serta jaringan tubuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Anatomi Ayam

Kerangka ayam

Ayam memiliki tulang yang kuat dengan susunan partikel yang padat dan timbangan berat yang ringan. Timbangan yang ringan tetapi berat ini memungkinkan bangsa burung memiliki kemampuan untuk terbang atau berenang bagi unggas air. Tulang punggung didaerah leher dan otot dapat digerakkan. Tulang punggung tersebut membentuk suatu susunan kaku yang memberikan kekuatan terhadap tubuh yang cukup kuat untuk menopang gerakan dan aktifitas sayap (Akoso, 1993).
Tulang-tulang hampir semua jenis unggas adalah bersifat pneumatik (berongga). Rongga ini berhubungan dengan sistem pernafasan yang memungkinkan seekor burung dengan satu sayap yang patah untuk bernafas melalui sayap. Hal ini merupakan suatu fenomena yang telah diperhatikan sejak lama pada burung-burung yang luka oleh para pemburu. Dua belas persen struktur tulang pada ayam adalah tipe tulang meduler yang unik. Ini merupakan suatu jaringan tulang yang kecil sekali yang mengikat struktur beringga bersama-sama dengan sumsum tulang dan bagi unggas liar berguna sebagai suatu substansi untuk pembentukan telur bila kadar kalsium dalam pakannya rendah (Blakely and Bade, 1991).
Tulang mengandung sel-sel hidup dan matrik intraseluler yang diliputi garam mineral. Kalsium fosfat menyusun sekitar 80% bahan mineral dan sisanya sebagaian beasr terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium fosfat (Frandson, 1992).
Rongga sunsum tulang ayam betina selama masa bertelur disusupi oleh sistem tulang sunsum yang terdiri atas kalsium tulang. Bagian ini mengisi ruang sunsum dengan anyaman tulang yang lembut kecil dan berfungsi untuk membentuk kulit telur bila kalsium yang tersedia dalam pakan rendah. Tulang sunsum ini terdapat pada ayam betina yang secara fisiologis normal, tetapi tidak terdapat pada ayam jantan (Akoso, 1993).
Sunsum tulang terdapat dalam tulang kering, tulang paha, tulang pinggul, tulang dada, tulang iga, tulang hasta, tulang belikat dan kuku. Anak ayam sewaktu tumbuh dewasa, yakni sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur yang pertama, mulai menampung tulang sunsum. Pada ayam liar, tulang-tulang ini menghasilkan kalsium yang cukup untuk membentuk kerabang bila kadar kalsium yang dimakan selama bertelur rendah (Akoso, 1993).
Timbunan kalsium tulang ayam betina piaraan hanya adapat mencukupi pembentukan beberapa kerabang telur. Apabila kandungan kalsium rendah, maka setelah ayam bertelur kurang lebih 6 butir, akan kehilangan sekitar 40% dari total kalsium tulang (Akoso, 1993).

Perototan ayam

Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan mempunyai fungsi utama sebagai penggerak. Ciri suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan fungsinya. Karena fungsinya, maka jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot. Jaringan ikat ini berhubungan dengan kealotan daging. Otot-otot yang berasosiasi dengan tulang yaitu otot-otot yang berhubungan dengan tulang, sering disebut otot skeletal (Soeparno, 1994).
Jaringan otot ayam merupakan satu kesatuan kelompok organ yang bertindak selaku anggota gerak. Ada 3 macam otot dasar, yaitu otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot polos dijumpai di dalam pembuluh darah, usus dan organ lain yang tidak berada di bawah perintah otak. Otot rangka yang melekat pada tulang dan bertanggung jawab terhadap gerak yang berada di bawah perintah seperti otot dada, paha dan kaki.
Otot skeletal adalah yang paling penting bagi ternak unggas meskipun terdapat otot polos pada usus dan otot jardisk pada jantung. Dada merupakan otot skeletal terbeasr karena dibutuhkan untuk terbang, misalnya pada bangsa ayam liar. Otot ini telah dikembangkan secara genetis oleh para ahli pemuliaan spesies-spesies domestik. Ayam memiliki otot merah dan putih, yang dapat disamakan dengan daging gelap dan terang. Perbedaan ini disebabkan kandungan myoglobin pada otot merah. Myoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen pada otot ayam (Blakely and Bade, 1991).
Musculus pectroralis major berfungsi untuk menutup sayap, berorigo pada carnia sterni dan berinsertio pada facies ventralis humeri. Musculus pectoralis minor baru tampak bila musculus pectoralis major diangkat. Musculus ini berorigo pada carnia sterni, kemudian masuk ke dalam foramen triosseum yang berinsertio pada facles dorsalis humeri. Fungsinya adalah untuk menurunkan sayap (Radiopoetra, 1991).

Anatomi domba

Kerangka domba

Tengkorak (kranin). Bagian skeleton yang membentuk kerangka dasar kepala disebut kranium. Fungsi tengkorak yaitu sebagai pelindung otak, penyokong berbagai organ dan membentuk awal saluran sistema digestoria dan sistema respiratoria. Tengkorak terdiri dari nasal, mandibula, maksila, lakrima, coranoid process dan occipital. Atap bagian atas dibentuk oleh maksila dan premaksila yang membentuk dentis dan oleh maksila as. palatina. Bagian ventrolateral, oral dilengkapi oleh mandibula. Mandibula berporos pada bagian as temporale, di depan lubang telinga. Semua dentis bagian bawah pada mandibula merupakan tempat perekatan otot yang berperan dalam proses penguyahan dan penelanan (Frandson, 1992).
Ujung medial skapula bersendi dengan menubrium. Ujung lateral clavicula bersendi dengan acromion. Acromion adalah sudut di sebelah caudal dan dua sudut di sebelah cranial pada sudut cranial lateral dataran sendi, yang bersendi dengan humerus (Radiopetro, 1991).
Vertebrae cervicalis yang pertama disebut atlas. Atlas tidak mempunyai processus spinous dan carpus menjadi satu dengan aksis, penggunaan seperti gigi. Vertebralis cervicalis yang kedua disebut aksis. Aksis mempunyai spinosum processus yang lebar, tetapi tidak tinggi (Frandson, 1992). Vertebrae thoracales, costae dan sternum membentuk throrax. Sternum terdiri atas manubrium sterni, carpus dan processus xipoideus (Radiopoetro, 1991). Vertebrae thoracalis ditandai dengan processus spinous yang sangat berkembang. Processus spinous membentuk pangkal pada prominesia dorsalia yang dikenal sebagai “wither” pada bagian bawah bahu (Frandson, 1992).
Pada semua mamalia, karpus merupakan daerah yang komplek yang terdiri dari dua deret tulang kecil. Deretan proximal disebut radial (profundial ke lateral), intermediet dan ulnar. Metakarpus merupakan daerah disebelah distal karpus. Pada sapi dan domba, karpus merupakan hasil tulang metakarpus yang ke tiga dan ke empat. Suatu alur vertikal pada metakarpus menunjukkan fusi kedua tulang tersebut (Frandson, 1992)
Ujung proximal femur yang berbentuk bulat bersendi dengan os coxae. Ujung distal femur bersendi dengan ujung proximal tibia. Daerah ventral ujung kedua tulang yang bertemu ini terdapat patella. Ujung proximal fibula bersendi dengan ujung proximal tibia. Distal fibula menempel pada kedua ujung distal tibia. Kedua ujung distal ini merupakan persendian dengan trachlea tali. Trachlea tali ialah bangunan berupa kerekan pada talus. Talus ialah salah satu dari ossa tarsalia. Ossa tarsalia bersendi satu dengan yang lain. Ossa tarsalia terdiri atas talus, proteulus, os cuboideum, os naviculare (os scapoideum) dan tiga ossa cuneiforinia. Talus bersendi dengan calcaneus dan raviculare calcaneus bersendi juga dengan os cuboideum. Os raviculare bersendi juga dengan ketiga ossa coneiformia. Os cuboideum juga ossa cuneiformie di ujung distal bersendi dengan ujung proximal 5 ossa metatarsalia. Di sebelah os metatarsalia berturut-turut terdapat dua palanges. Di sebelah os metatarsale yang lain berturut-turut terdapat tiga palanges. Waktu berdiri, yang menapak tanah ialah tuber calcanei (tonjolan ke planter pada calcaneus) dan capita osseum metatarsalium (distal ossa metatarsalia). Pada kaki ada lengkung longitudinal dan lengkung tranversal. Jari pertama kaki tidak dapat disisikan (Radiopoetro, 1991).
Profundingulum membri inferiotis terdiri atas sepasang os coxae. Satu coxae ialah hasil tumbuh melekatnya tulang, yaitu os illium, os ischii dan os pubis. Sepasang os coxae ini bersama dengan os sacru merupakan pelvis. Antara kedua os coxae di sebelah ventral disebut symphysis ossium pubis. Pelvis ini kira-kira membentuk sesuatu yang pada dasarnya ada lubang pada os coxae pada suatu cekung pada tempat tumbuh melekatnya ketiga tulang ujung proximal femur. Di daerah sacral ada 5 vertebrae sacrales yang telah saling tumbuh melekat sehingga terjadi satu tulang, yaitu os sacrum daerah cocigleal dimana ada 3 vertebrae cocygleeales yang telah mengalami reduksi dan kadang tumbuh melekat hingga occygis (Radiopoetro, 1991).

Perototan domba

Di dalam tubuh hewan termasuk domba, menurut Lawrie (1995), terdapat lebih dari 600 otot berbeda dalam hal bentuk, ukuran dan aktivitasnya. Otot juga berbeda dalam hubunganya dengan tulang, tulang rawan atau ligamentum dalam hal kandungan darah, saraf dan dalam hal hubunganmya dengan jaringan-jaringan lain.
Otot hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan karena fungsi fisiologisnya telah terhenti. Otot merupakan komponen utama penyusun daging. Daging juga tersusun oleh jaringan ikat, epitelial, jaringan saraf, pembuluh darah dan lemak. Jadi daging tidak sama dengan otot (Soeparno, 1994).
Beberapa jenis otot pada heawan termasuk domba, antara lain adalah :
Otot trapezius. Otot trapezius merupakan otot pipih berbentuk segitiga yang mempunyai origo pada garis tengah dorsal dari kepala sampai ke belakang di daerah vertebrae lumbar dan insersionya terutama pada spina skapula. Otot trapezius secara keseluruhan juga mendukung melekatnya skapula pada tubuh (Frandson, 1992).
Otot serratus ventralis. Otot serratus ventralis merupakan otot yang paling besar dan otot utama yang menghubungkan alat gerak bagian depan dengan tubuh. Ukuran otot ini besar dan bentuknya seperti kipas (Frandson, 1992).
Otot lattisimus dorsi. Otot lattisimus dorsi merupakan otot yang berbentuk segitiga lebar, mempunyai origo pada prosessus spinosa vertebra torasik dan lumbar dengan perantaraan aponeurosis. Otot ini juga berperan untuk menarik kaki depan ke arah belakang atau jika kaki itu tetap, maka badan itu akan ke depan atau maju (Frandson, 1992).
Otot longissimus. Otot ini dapat dibagi menjadi beberapa segmen tergantung pada lokasi, yaitu di daerah lumbar yang disebut longissimus lumborum, pada daerah thoraks disebut longissimus thoracis, pada daerah serviks disebut longissimus cervicis, longissimus capitis, longissimus atlantis (Frandson, 1992).
Otot ekstensor carpii radialis. Otot ini merupakan otot ekstensor terbeasr untuk karpus. Otot ini berpangkal pada epikondyl lateral humerus menuju ujung proximal daerah metacarpal. Peran utam otot ini adalah gerak estensi karpus (Frandson, 1992).
Otot fleksor carpii radialis. Otot ini berpangkal dari sisi medial permukaan volar kaki depan. Origo otot ini adalah pada epikondyl medial (fleksor) humerus dan insersianya pada permukaan volar ujung proksimal metacarpus (Frandson, 1992).
Otot gluteus medius. Otot ini adalah otot ekstensor yang kuat. Origo otot ini terletak pada sayap tulang illium dan insersionya pada frokauter mayor dari tulang femur, yang merupakan lever yang menjulur di atas sendi pinggul, sehingga menggerakan bagian lain dari kaki belakang ke arah belakang (Frandson, 1992).
Otot bisep femoris, semiteninosus dan semimembranosus. Otot-otot tersebut merupakan otot ekstensor pada pinggul yang disebut dengan hamstring muscle. Batas-batas antar otot ini dapat diketahui dengan adanya alur-alur vertikal pada bagian otot tersebut (Frandson, 1992).

Jaringan
Jaringan Pankreas. Pankreas merupakan campuran kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas pulau langerhans. Bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, yang strukturnya mirip dengan kelenjar parotis. Sifat lain adalah bahwa pada bagian permulaan duktus interkalaris menembus ke lumen asini. Inti di tengah diagnistik untuk pankrea, yang dimiliki oleh sel-sel sentro-asiner yang merupakan bagian intra-asiner duktus interkalaris. Duktus interkalaris yang bercabang menjadi menjadi duktus interlobaris yang besar yang dibatasi oleh epitel toraks dimana ditemukan sel goblet (Soeparno, 1994).
Jaringan Otot. Otot tersusun dari banyak ikatan serabut otot yang lazim disebut fasikuli. Fasikuli terdiri dari serabut-serabut otot, sedangkan serabut otot tersusun dari banyak fibril dan disebut miofibril. Miofibril tersusun dari banyak filamen dan disebut miofilamen. Jadi, berdasarkan ururtan ukuran (dari terbesar sampai dengan ukuran terkecil) otot tersusun dari fasikuli, serabut otot, miofibril, dan miofilamen (Soeparno, 1998).
Dalam fasikulus, serabut otot dipisah satu sama lain oleh jaringan retikuler halus yang disebut endomesium yang bekerja membalut serabut otot dan menunjang jalinan pembuluh darah, rambut, dan ujung-ujung saraf yang menginervasinya. Tiap berkas utama dibalut oleh selubung dengan serabut kolagen pekat, disebut perimisium yang mempersatukan berkas disekitarnya sambil mengantar pembuluh darah serta saraf. Akhirnya seluruh otot diselubungi oleh epimisium, yaitu suatu jaringan ikat kolagen yang relatif pekat dan tebal (Dellmann dan Brown, 1989).
Jaringan Ren. Berbagai fungsi ginjal tercermin pada sistem buluh kompleks yang berkaitan dengan pembuluh darah. Pengetahuan yang diperoleh dari kaitan bangun anatomi antar buluh sekresi, saluran pembuang dan jalinan kapiler, mampu memperjelas struktur serta fungsi ginjal ( Dellman dan Brown, 1992 ).
Lokasi kapiler glomerulus antara dua arteriola merupakan susunan yang unik dan menjamin mekanisme efisiensi untuk menghasilkan sejumlah ultrafiltrat dari darah. Efisiensi ini sebagai hasil tekanan filtrasi yang tinggi yang dipertahankan di seluruh jalinan kapiler berkat hambatan yang dihasilkan oleh arteriola aferen. Keadaan ini bertentangan dengan jalinan kapiler lain yang terletak antara arteriola dan venula, di mana tekanan dalam venula jauh lebih rendah dari pada tekanan dalam arteriola ( Dellman dan Brown, 1992 ).
Pada persediaan ginjal pada perbesaran rendah, korteks yang gelap tampak diselang dengan interval tertentu oleh jaringan medula yang berwarna agak cerah, disebut garis medula ( Medullary rays ), yang berisi cabang buluh penyalur, sekaligus dengan buluh nefron yang turun dan naik. Substansi kompleks sekitar garis medula disebut Labirin korteks. Garis medula dan korpukulus renalisa serta nefron yang bermuara pada buluh penampung dalam garis medula membentuk Lobulus ginjal. Batas tiap lobulus, meskipun tidak jelas benar, ditandai dengan arteria interlobularis yang masuk korteks dan berasal dari daerah perbatasan koteks medularis. Jaringan korteks gelap yang menjulur ke daerah medula memperjelas batas lateral piramid. Jalur-jalur korteks adalah kolumna renalis ( Dellman dan Brown, 1992 ).
Jaringan Ikat. Jaringan pengikat memiliki variasi yang sangat luas berdasarkan morfologi, letak geografis, dan strukturnya. Fungsi utamanya ialah sebagai penghubung antar jaringan, dan sebagai penunjang tubuh (tulang, tulang rawan) dalam arti luas (Dellmann dan Brown, 1989).
Serabut-serabut kolagen jaringan ikat mempunyai diameter antara 1 sampai 2 m. Fibril kolagen terbentuk dari molekul-molekul tropokolagen. Tropokolagen adalah protein yang berat molekulnya tinggi, yaitu 300.000. terbentuk dari tiga benang polipeptida yang saling tumpang tindih dengan pasangan lateralnya pada setiap seperempat dari panjangnya sehingga fibril-fibril kolagen tampak seperti bergaris-garis. Garis melintang secara periodik adalah 67 nm (64 nm dalam keadaan mengkerut) (Soeparno, 1998).
Elastin adalah protein elastis yang terdapat di seluruh tubuh. Serabut elastis terbentuk dari protein-protein elastin. Elastin jaringan ikat terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit daripada kolagen. Elastin dapat ditemukan sebagai komponen utama dari jaringan-jaringan tertentu seperti ligamentum nuchae, dinding abdomen, dan semua arteri dari aorta sampai ke arteriol. Serabut-serabut elastin dapat meregang sampai beberapa kali panjang semula. Elastin tidak larut dalam larutan asam dan basa, serta panas yang tinggi dapat menghancurkan kolagen (Soeparno, 1998).
Jaringan Lidah. Lidah (tongue) merupakan organ tubuh berotot kerangka yang dibalut oleh selaput lendir, berfungsi untuk menahan, membantu, mencerna serta menelan makanan (Dellmann dan Brown, 1992).
Selaput lendirnya memiliki epitel pipih banyak lapis dengan stratum korneum yang berbeda tebalnya. Punggung lidah berisi sejumlah papil makroskopik yang berbentuk papil-papil lidah serta penyebarannya telah dikenal. Papil filiformis dan papil lentikularis berfungsi untuk menahan gerakan bolus makanan (ingesta) dalam rongga mulut. Papil fungiformis, papil sirkumvalata dan papil folialata memiliki putik pengecap yang berfungsi untuk pengecap rasa. Papil lidah ini berbeda bentuknya dan diberi nama dengan bentuk khasnya (Dellmann dan Brown, 1992)
Papil filiformis merupakan tipe yang paling banyak jumlahnya.Bentuknya langsing dengan ujung runcing, berfungsi mekanik, untuk menggerakkan bolus makanan ke dalam, dan di dalam rongga mulut. Papil ini menjulur melewati permukaan lidah. Ujung jaringan ikat berakhir pada dasar bagian yang bertanduk.
Papil lentikularis berbentuk pipih dan langsing, menjulur pada permukaan lidah dan terdapat terutama pada ruminansia. Papil ini dibalut oleh epitel pipih banyak lapis dengan jaringan ikat pekat tidak teratur (Dellmann dan Brown, 1992).
Papil fungiformis tersebar di sekitar papil filiformis, berbentuk kubah pada permuaan atasnya, terdapat kuda dan babi. Bentuknya mirip jamur, karenanya dinamakan fungiformis. Papil ini dibalut epitel pipih banyak lapis tanpa bertanduk, memiliki satu atau dua putik pengecap pada permukan atasnya. Putih pengecap sebenarnya jarang terdapat pada papil lidah kuda dan sapi, lebih banyak terdapat pada domba dan babi, dan lebih banyak lagi pada karnivora dan kambing. Jaringan ikat di bawahnya banyak mengandung pembuluh darah dan saraf (Dellmann dan Brown, 1992).
Papil valata atau papil sirkumvalata terdapat pada punggung serta rostral akar lidah, bentuknya besar, pipih dan memiliki alur samping yang dibalut oleh epitel.Papil ini sedikit menonjol dari permukaan lidah yang dibalut oleh epitel banyak lapis. Epitel yang membalut alur samping terdapat gugus kelenjar bersifat serous dan alat penyalurnya bermuara pada dasar alur samping. Kadang-kadang terdapat kelenjar mukous di sekitarnya, tetapi alat penyalurnya bermuara pada permukaan lidah. Jaringan ikat papil ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf (Dellmann dan Brown, 1992).
Papil foliata merupakan lipatan paralel mukosa lidah, terdapat pada pinggir lateral, sedikit rostral dari arkus palatoglosal. Lipatan mukosa ini dibalut epitel pipih banyak lapis dengan banyak putik pengecap pada epitel sisi lipatan (Dellmann dan Brown, 1992).
Putik pengecap (calliculus gusstatorius, taste buds), berbentuk lonjong, mengandung kelompok sel-sel pengecap yang ditunjang oleh sel-sel penunjang. Putik pengecap terdapat dalam epitel pipih banyak lapis pada papil fungiformis, papil sirkumvalata dan papil folialata lidah (Dellmann dan Brown, 1992).
Otot lidah intrinsik memiliki susunan longitudinal, tranversal dan vertikal, terdiri dari otot kerangka. Susunan serabut otot kerangka yang langsung terdapat di bawah mukosa adalah longitudinal, letaknya di bawah susunan horisontal dan transversal, umumnya relatif tipis (Dellmann dan Brown, 1992).
Permukaan ventral lidah dibalut oleh epitel pipih banyak lapis tanpa bertanduk. Selaput lendir banyak mengandung kapiler, arteriovenous anastomose, dan cabang-cabang arteria dan vena lingualis. Daerah ini diduga ikut berperan dalam mengurangi suhu tubuh (Dellmann dan Brown, 1992).
Kelenjar lidah (glandula linguales) yang bersifat seromukous banyak tersebar dalam lidah pada submukosa atau bahkan diantara berkas otot kerangka. Kelenjar ini dianggap sebagai kelenjar liur minor (Dellmann dan Brown, 1992).
Jaringan Hati. Hati (hepar) merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dan khas karena memiliki multifungsi kompleks, misalnya ekskresi, sekresi, penyimpanan, sintesis, detoksikasi, konjugasi, esterifikasi, metabolisme dan hemopoisis. Hati mendapat pemberian darah (vaskularisasi) ganda. Vena porta membawa darah penuh makanan yang diserap dari usus dan organ tertentu, sedangkan arteria hepatika memberi darah pada sel-sel hati dengan darah bersih yang membawa oksigen. Cabang-cabang dari kedua pembuluh darah tersebut mengikuti jaringan ikat interlobularis didaerah portal. Jalinan pembuluh darah ini menjamin sel-sel hati tidak jauh dari daerah yang banyak pembuluh darahnya (Dellmann dan Brown, 1992). Classic liver lobule merupakan segi enam dengan tiga portal ditiap-tiap sudut. Ketiga portal tersebut berisi cabang hepatic portal vein, hepatic artery dan bile duct (Cross dan Mercer, 1993).
BAB III
MATERI DAN METODE

Materi
Materi yang digunakan pada praktikum yaitu: ayam broiler satu ekor, karkas domba satu ekor, sebuah kerangka ayam dan domba yang telah disiapkan, alat-alat pembedah dan nampan. Sedangkan pada pengamatan histologi digunakan mikroskop, serta preparat.

Metode
Anatomi ayam
Ayam dipotong secara kosher dan dibersihkan bulunya. Pengeluaran jerohan dimulai dari pemisahan tembolok dan trakhea serta kelenjar minyak di bagian ekor. Rongga badan dibuka dengan membuat irisan dari kloaka kearah tulang dada. Kloaka dan viscera atau jerohan dikeluarkan, kemudian dilakukan pemisahan organ-organ yaitu hati dan empedu serta jantung. Isi empedu dikeluarkan dan dipisahkan dari hati kemudian dibuang. Paru-paru dipisahkan dari bawah columna vertebralis. Perototan yang nampak diamati dan digambar.. Kerangka ayam yang disiapkan, diamati bagian-bagiannya kemudian digambar.
Anatomi domba
Otot penyusun tubuh diamati meliputi otot utama pada pandangan lateral karkas bagian belakang yang terdiri dari Gastronemius, Biceps femuris, Semitendinosus, Semimembranosus, Vastus lateralis, Tensor facia lata, Gluteus medius dan Longisimus dorsi selanjutnya otot utama pada bagian depan meliputi Pectoralis, Lattisimus dorsi, Possi otot Longisimus dorsi, tricep brachi, Infrapinatus, dan Trapezius. Hasil pengamatan otot digambar, kemudian mengamati kerangka domba dan digambar.
Histologi
Praktikum Histologi dilakukan dengan pengamatan preparat dengan menggunakan mikroskop cahaya, jaringan yang di amati antara lain : Insula pancreatica, ren, textus muscularis strictus cardiacus, lingua dan hepar (lobulus hepaticus, canalis pontalis).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


Anatomi Ayam

Kerangka Ayam

Pada praktikum anatomi ayam, diamati kerangka ayam dan perototan ayam. Kerangka ayam yang diamati meliputi mandible, incisive, nasal, lacrimal, occipital, dan quadrate, atlas, epistropheus, axis, carpus, metacarpus, ulna, radius, humerus, clavicle, coracoid, scapula, sternum, ilium, ischium, pubis, femur, patella, fibula, tibia, tarsus, metatarsus, phalanges, dan digiti.
Menurut Akoso (1993), ayam memiliki banyak tulang yang berongga atau tulang pneumatik yang berhubungan dengan system pernafasan. Tulang-tulang pada ayam meliputi tengkorak, tulang lengan, tulang selangka, tulang pinggang, dan tulang kemudi dengan tulang pernafasan. Swatland (1984) menyatakan bahwa tulang seperempat depan pada ayam adalah perubahan besar untuk membentuk sayap. Daerah humerus adalah perluasan permukaan radius dan ulna. Carpal metacarpal dan jari tangan direduksi membentuk sebuah unit kerangka kaku untuk meninggalkan bulu-bulu terbang primer. Ada 3 jari tangan pada sayap yang setara dengan 2,3 dan 4 pada hewan lain. Sayap bersambung dengan celah-celah rongga, yang diperkuat oleh persatuan tiga tulang yaitu scapula, coracoid, dan clavicle.
Daerah tulang tarsal digabungkan ke dalam proksimal diakhiri tulang tungal tarsus metatarsus yang juga termasuk penggabungan metatarsal 2,3 dan 4. Empat jari tangan membentuk kuku pada burung. Jari pertama langsung ke belakang sedangkan jari 2,3 dan 4 kedepan. Adaptasi ini memungkinkan burung dapat bertengger. Ilium disatukan pada synsacrum, dimana disatukan di tengah. Tulang pubis terpisah dan rancangannya terbalik sebagai tangkai tipis. Struktur terbuka dari pelvis memungkinkan perjalanan telur dari rongga perut. Ilium, ischium, dan pubis semuanya memperbesar acetabulum tetapi illium membentuk lebih dari setengah persendian dan dasarnya bermembran (Swatland, 1984).

Perototan Ayam

Otot-otot ayam yang diamati meliputi otot-otot cervical, pectoralis superficialis, pectoralis profundus, bisep brachii, trisep brachii, flexor carpii radialis, extensor carpii radialis, obliqus abdominis externus, supra coracoideus, gluteus medius, gastronemius, gluteus supraisialis, tibia cranialis, tendo-tendo extensor, tendo-tendo flexor.
Menurut (Akoso, 1993), ayam memiliki otot merah dan otot putih karena perbedaan zat warna merah (mioglobin), yang membawa oksigen kedalam otot. Kekuatan gerak utama dari sayap selama terbang diatur oleh otot pectoralis besar yang terletak didaerah dada. Sayap dinaikkan oleh otot supracoracoid. Otot supracoracoid dapat menyebabkan perpindahan secara berlawanan meskipun berbatasan dan paralel dengan pectoralis. Hal ini dikarenakan tendonya disisipkan kedalam sisi berlawanan dari humerus pada tendon pectoralis (Swatland, 1984).
Otot pectoralis pada unggas adalah otot terbesar dari tubuh kira-kira 8% dari berat tubuh. Otot kecil yang terletak pada sayap mengontrol permukaan dan derajat perputaran sayap selama terbang (Swatland, 1984).

Anatomi Domba

Kerangka Domba

Pada praktikum anatomi domba diamati kerangka domba dan perototan domba. Kerangka domba yang diamati meliputi mandible, maxilla, nasal, lacrimal, occipital, atlas, coracoid prosess, cervical vertebrae, cartilage of spinosus prosess, spinosus prosess, lumbar vertebrae, sacral vertebrae, transverse prosess, ilium, ischium, pubis, coccygeal, femur, palanges, tibia, tarsus, metatarsus, humerus, stifle join, olecanon prosess, radius, ulna, carpus, metacarpus, digiti.
Menurut Sisson (1953), kerangka depan bagian domba tersusun oleh mandible, maxilla, coranoid prosess, nasal, lacrima, occipital, atlas, dan cervical vertebrae. Tulang nasal pada domba tampak runcing sampai bagian anterior. Tulang maxilla terletak antara persimpangan tulang lacrima dan malar. Tulang atlas pada domba berbeda terutama pada ketinggian dari lengkung dorsal yang banyak berkembang. Tulang occipital merupakan bagian dari semua bagian permukaan kerangka, kecuali area lateral kecil.
Bagian kerangka belakang terdapat tulang kemaluan yaitu illium, ischium, dan pubis. Selain itu juga terdapat tulang sacral, lumbar dan coccygeal yang menjadi tulang ekor pada domba. Tulang yang menyusun kerangka kaki depan adalah humerus, stifle join, olecanon processus, ulna, radius, carpus pada sapi kecuali pada ukuran dan variasinya yang lebih panjang. Humerus domba lebih panjang dan lebih kecil dari pada humerus sapi jantan. Begitu pula ulna pada domba lebih kecil daripada sapi. Tulang phalanges adalah kepala dari tulang digiti dan relatif panjang dan sempit (Sisson, 1953).
Sebagaimana pengamatan yang telah dilakukan pada bagian tulang kaki, ternyata telah sesuai dengan literatur. Menurut Sisson (1953), kerangka kaki bagian belakang tersusun oleh tulang-tulang seperti femur, patella, tibia, tarsus, metatarsus, phalanges, dan digiti.

Perototan Domba

Otot-otot domba yang diamati meliputi transverse prosess of cervical vertebrae, supraspinatus, infraspinatus, bisep brachii, trisep brachii, serratus ventralis, pectoralis, flexor carpii radialis, extensor carpii radialis, flexor carpii ulnaris, trapesius, lattisimus dorsi, intercostae externa, intercostae interna, longisimus dorsi, tensor vascialata, gluteus medius, semi tendinosus, bisep femuris, trisep femuris, semi membranosus, gracialis, obligus abdominus externus, flank, lateral condycle of tibia, tendo achiles.
Menurut Soeparno (1994), supraspinasus, infraspinasus, trapezius, rhomboideus, subscapularis, bisep brachii dan trisep brachii merupakan bagian dari otot bahu. Otot bahu pada umumnya mempunyai keempukan yang sedang. Supraspinatus terdapat dibagian dorsal terhadap spina atau bagian pundak scapula. Infraspinasus terdapat dibagian ventral terhadap spina scapular. Trapezius terdapat dibagian superficial diantara scapula kiri dan kanan. Bisep brachii adalah anterior terhadap humerus. Trisep brachii adalah otot besar dan terletak pada area segitiga dari ujung ventral scapula sampai ujung posterior dari humerus. Trisep brachii termasuk otot-otot yang penting dan sering diikutkan dalam pengujian kualitas daging.
Serratus ventralis dan longissimus dorsi merupakan bagian dari otot rusuk. Serratus vebtralis adalah otot besar berbentuk seperti kipas dari permukaan medial scapula dan melekat pada permukaan rusuk. Otot ini mempunyai fungsi sebagai penyerap kejutan selama gerakan. Otot longissimus dorsi adalah otot yang sangat penting dan membentuk mata daging jika dipotong dari area rusuk dan loin (Soeparno, 1994). Menurut Swatland (1984), otot longissimus dorsi terdiri dari banyak sub unit otot yang masing-masing membentu flexibilitas vertebra column dan gerakan leher serta aktivitas pernafasan.
Penampang lintang longissimus dorsi meluas kearah posterior rusuk. Otot longissimus dorsi bagian loin mempunyai penampang lintang yang hampir konstan. Area longissimus dorsi diantara bagian seperempat depan dan seperempat belakang dari karkas, yaitu diantara rusuk ke 12 dan rusuk ke 13 sering diuji untuk menaksirkan jumlah daging sari suatu karkas. Otot longissimus dorsi memanjang posterior dari daerah rusuk melalui loin dan berakhir di bagian anterior dari illium. (Soeparno, 1994).
Otot pectoralis berlokasi dibagian sternum pada dada depan (brisket) dan meluas posterior ke bagian dada belakang (plate). Otot intercostals adalah otot diantara rusuk yang berdekatan pada dinding dada dan terdiri dari dua lapisan otot (Soeparno, 1994).
Otot loin menghasilkan daging yang empuk dengan rasa yang enak, tetapi harganya mahal. Ada dua otot pada loin, diatas dan dibawah processus transversesus dibagian vertebral lumbar (Soeparno, 1994).
Paha terdiri dari otot-otot yang besar dan pada umumnya menghasilkan daging dengan keempukan yang sedang sampai empuk serta harganya mahal. Otot gracilis adalah otot tipis dan tersebar dibagian medial paha. Otot sartorius adalah anterior terhadap gracilis (Soeparno, 1994).
Bisep femoris adalah otot besar pada permukaan lateral (luar) pada paha, dan mempunyai lekukan memanjang yang membagi bisep femoris. Pada penampang lintang, bisep femoris tampak terbagi menjadi dua bagian, bagian yang lebih kecil berwarna lebih pucat. Posterior dari paha terdapat otot semi tendinosus dan otot membranosus, medial terhadap semi membranosus. Gastronemius terdapat dibagian dalam dari paha, tertutup oleh ekstensi distal otot-otot proximal. Gastronemius terkait pada tendo achilles (Soeparno, 1994).
Tiga lapis otot besar yang membentuk paha atas (rump) dan sirloin diantara paha dan loin (shortloin) adalah Gluteus medius, Gluteus accesorius, dan gluteus profundus. Gluteus medius adalah otot yang terbesar diantara otot Gluteus. Gluteus medius terletak dibagian permukaan lateral dari ilium (Soeparno, 1994). Otot flank dan otot perut mengandung banyak jaringan ikat dan kurang begitu empuk. Otot perut atau abdominal terdiri dari lapisan-lapisan otot parallel dan jaringan ikat, misalnya tensor fascialata. Otot ini berbentuk seperti segitiga berlokasi pada sudut flank dan paha. Fascialata adalah lembaran jaringan ikat yang menutupi permukaan anterior paha dan dapat direnggangkan oleh tensor fascialata pada saat bergerak atau pada periode penggantungan karkas (Soeparno, 1994).
Menurut Soeparno (1994), sebagaian besar otot leher tersusun dari jaringan ikat dan kurang begitu empuk. Otot-otot pada leher disebut dengan Transverse process of cervical vertebrae.
Bagian kaki depan tersusun dari tiga otot, yaitu Extensor carpii radialis, Flexor carpii radialis dan flexor carpii ulnaris. Otot yang menempel pada tulang tibia disebut lateral condyle of tibia (Soeparno, 1994).

Jaringan

Pengamatan jaringan dilakukan pada acara histologi. Jaringan-jaringan yang diamati meliputi insula pankreatica, ren, textus muscularis strictus cardiacus, lingua, hepar.
Jaringan insula pankreatika terdiri dari pulau langerhans (fungsi dari pulau langerhans adalah penghasil insulin dan jumlah pulau langerhans pada orang dewasa 200.000 – 1.800.00), interlobular connective tissue dan pancreatic acid. Jaringan ren terdiri dari medulary ray, interlobulary arteri, glomerulus dan proximal convolution. Proximal convolution yang merupakan bagian dari jaringan ren berfungsi untuk menghubungkan isi glomerulus dengan bagian luar. Proximal convolution tersebut mempunyai ukuran panjang 14 mm dan diameter 60 µm. Textus muscularis strictus cardiacus terdiri dari smooth muscles dan inti sel. Jaringan lingua terdiri dari taste bud (mempunyai dua sel yaitu supporting cell dan neuro epithelial taste cell yang mempunyai ukuran panjang 72 µm), lamina propria, stratified squomous epithelium, dan gland of von ebner (nama lain dari gland of von ebner yang merupakan bagian dari jaringan lingua adalah albuminous atau gustatory gland dan mempunyai fungsi menghubungkan papilla sirkum valata yang satu dengan papilla sirkum valata yang lain dan membantu membuat celah dalam papilla itu). Jaringan hepar terdiri dari bille duct, bille capillary, interlobulary connective tissue, dan central vein.

BAB V
KESIMPULAN


Kerangka ayam terdiri dari mandible, incisive, nasal, lacrimal, quadrate, occipital, atlas, axis, epistropheus, humerus, ulna, radius, metacarpus, phalanges, clavicle, coracoid, scapula, sternum, illium, ischium, pubis, pygostyle, patella, fibula, tibia, tarsus, dan metatarsus.
Perototan pada ayam terdiri dari pectoralis superficialis, biceps bracii, extensor dan flxor carpii radialis, biceps femoris, gastrocnemius, tibialis cranialis, tendo-tendo extensor, tendo-tendo flexor, otot-otot cervical, obligus abdominis externus, dan gluteus superficialis.
Kerangka domba terdiri dari mandible, maxilla, nasal, lacrimal, occipital, atlas, coracoid prosess, cervical vertebrae, cartilage of spinosus prosess, spinosus prosess, lumbar vertebrae, sacral vertebrae, transverse prosess, ilium, ischium, pubis, coccygeal, femur, palanges, tibia, tarsus, metatarsus, humerus, stifle join, olecanon prosess, radius, ulna, carpus, metacarpus, digiti.
Otot-otot pada domba terdiri dari transverse prosess of cervical vertebrae, supraspinatus, infraspinatus, bisep brachii, trisep brachii, serratus ventralis, pectoralis, flexor carpii radialis, extensor carpii radialis, flexor carpii ulnaris, trapesius, lattisimus dorsi, intercostae externa, intercostae interna, longisimus dorsi, tensor vascialata, gluteus medius, semi tendinosus, bisep femuris, trisep femuris, semi membranosus, gracialis, obligus abdominus externus, flank, lateral condycle of tibia, tendo achiles.
Jaringan-jaringan yang diamati meliputi insula pankreatica, ren, textus muscularis strictus cardiacus, lingua dan hepar. Jaringan insula pankreatika terdiri dari pulau langerhans, interlobular connective tissue dan pancreatic acid. Jaringan ren terdiri dari medulary ray, interlobulary arteri, glomerulus dan proximal convolution. Textus muscularis strictus cardiacus terdiri dari smooth muscles dan inti sel. Jaringan lingua terdiri dari taste bud, lamina propria, stratified squomous epithelium, dan gland of von ebner. Jaringan hepar terdiri dari bille duct, bille capillary, interlobulary connective tissue, dan central vein.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, Budi Tri. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dellmann, H. Dieter and Esther M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II Dellmann Brown. Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajdah Mada University Press. Yogyakarta.

Kustono, 1997. Fisiologi Ternak. Dasar. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. UI Press. Jakarta.

Patricia C. Cross & K. Lyne Mercer. 1993. Cell and tissue ultra structure. A Functional Perspective W. H. Freeman and Company. Newyork

Radiopoetro. 1991. Zoologi. Erlangga. Jakarta.

Sisson, Septimus.1953. The Anatomy of The Domestic Animals. W. B Sounders Company. Philadelphia and London.

Soeparno. 1994. Teknologi Pengolahan Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Swatland, H. J. Structure And Development of Meat Animals. 1984. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs. New Jersey.

Jerami Fermentasi

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Posisi Indonesia terletak pada garis khatulistiwa sebagai kumpulan dari ribuan pulau-pulau kecil (archipelago). Keadaan alam seperti ini menghasilkan iklim yang sangat mendukung bagi kelangsungan hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Kondisi tersebut telah menjadikan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim yang sangat subur.Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pertanian. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menjadikan pertanian sebagai komoditas usaha dan profesi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya daerah-daerah di Indonesia yang dijuluki sebagai lumbung padi. Kebutuhan pa-ngan dalam negeri dapat dipenuhi sebagian oleh sektor pertanian. Produktivitas pertanian tanaman pangan di Indonesia setiap tahunnya memiliki jumlah yang cukup besar.

Meskipun demikian, dalam setiap panen raya pertanian tanaman pangan di Indonesia ini selalu membawa hasil sampingan atau limbah pertanian yang cukup besar pula. Setiap tahunnya dihasilkan limbah pertanian yang sangat berlimpah hingga mencapai jutaan ton. Limbah pertanian ini terdiri atas jerami padi, daun jagung, batang jagung, daun kedelai, daun kacang tanah, dan ubi kayu. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar dengan jumlah sekira 20 juta ton per tahun. Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar setelah proses pemanenan.

Di lain pihak, sektor peternakan membutuhkan makanan ternak (pakan) yang harus tersedia sepanjang waktu. Penyediaan makanan ternak merupakan persyaratan mutlak bagi pengembangan usaha peternakan. Makanan ternak harus tersedia sepanjang musim untuk menjaga agar arus pendanaan (cash flow) dalam usaha peternakan tetap stabil.
Oleh karena itu, limbah pertanian berupa jerami padi harus dapat dimanfaatkan menjadi makanan ternak. Pemanfaatan jerami padi ini sangat diperlukan untuk menjaga ketersediaan makanan bagi ternak sepanjang waktu. Atas dasar pertimbangan itu, diperlukan penggunaan teknologi dalam mengolah jerami padi menjadi makanan ternak berkualitas sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak. Teknologi pengolahan jerami yang telah berkembang dan mudah pengerjaannya adalah pengolahan dengan menggunakan teknik fermentasi.

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara agraris dengan curah hujan tahunan yang relative pendek, yakni 4 (empat) bulan maka praktis tanaman padi hanya ditanam sekali dalam setahun yaitu hanya pada saat musim penghujan.
Berbagai jenis pakan ternak yang tumbuh kebanyakan adalah rumput-rumputan serta leguminosa, yaitu tanaman turi (Sesbania glandiflora), serta tanaman kacang-kacangan lainnya (koro, kecipir dll). Sebagaimana tanaman lainnya rumput juga membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pada saat musim kemarau produksi rumput yang ada semakin berkurang. Sementara itu di lain pihak populasi ternak yang pada kelompok terus bertambah setiap tahunnya.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan terobosan untuk memanfaatkan limbah pertanian (jerami) sebagai sumber pakan alternative di musim kemarau. Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami (padi) selama ini hanya dikenal sebagai hasil ikutan dalam proses produksi padi di sawah. Pada sebagian petani, jerami sering digunakan sebagai mulsa pada saat menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami sebagai limbah pertanian, sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar untuk mengatasi masalah tersebut.

Produksi jerami padi dapat mencapai 12 - 15 ton per hektar per panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman padi yang digunakan. Jerami padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan sapi dewasa sebanyak 2 - 3 ekor sepanjang tahun dan pada lokasi yang mampu panen 2 kali setahun akan dapat menunjang kebutuhan pakan berserat untuk 4 - 6 ekor.

Komposisi kimia jerami padi meliputi bahan kering 71,2%, protein kasar 3,9%, lemak kasar 1,8%, serat kasar 28,8%, BETN 37,1%, dan TDN 40,2%. Hanya saja yang menjadi faktor pembatas adalah nilai gizinya yang rendah yaitu mengandung serat kasar dan silikat dalam jumlah tinggi, sedang daya cerna sangat rendah yang dipengaruhi adanya ikatan lignin, silikat dan kutin. Namun demikian manfaat jerami padi masih dapat ditingkatkan melalui proses kimia atau dengan teknologi pengolahan sehingga dapat meningkatkan efektifitas daya cerna oleh enzim mikrokutin. Salah satu cara yang dianggap paling efektif adalah melalui jalan fermentasi.

Pemanfaatan jerami yang telah difermentasi untuk menjadi pakan ternak lebih menguntungkan, terutama bagi petani yang juga memiliki ternak, karena mudah didapat dan kandungan nutrisinya sama dengan rumput segar. Jerami yang sudah difermentasikan kandungan proteinnya sama dengan rumput segar sekitar 7 persen. Bahannya juga mudah didapat karena biasanya petani hanya membakar atau membuang jerami tersebut. Proses fermentasi jerami hanya memakan waktu sekitar 21 hari, hanya dengan menebar pupuk urea dan probiotik serta jerami disusun dalam lapisan-lapisan.

Untuk satu ton jerami diperlukan 2,5 kg urea. Jerami yang sudah difermentasi ini mempunyai kelebihan yaitu, serat-seratnya sudah terurai sehingga lebih mudah dicerna, kandungan nitrogen lebih tinggi karena urea yang digunakan juga mengandung nitrogen, serta kadar protein lebih tinggi daripada jerami segar.
Pada saat musim kemarau, pemanfaatan jerami fermentasi ini layak diperhitungkan karena rumput segar biasanya sulit diperoleh. Namun belum banyak petani yang melihat potensi limbah jerami untuk dimanfaatkan menjadi pakan ternak. Umumnya petani hanya membakar atau membuang jerami tersebut. Atau kalaupun diberikan ke ternak, masih dalam bentuk jerami segar yang kandungan nutrisinya sudah lebih rendah.
Selain jerami fermentasi, jenis pakan yang direkomendasikan adalah limbah tanaman kacang-kacangan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada rumput dan jerami fermentasi. Biasanya setelah panen kacang tanah atau kedelai, petani memberikan limbah tanaman tersebut untuk ternak. Namun sisanya tidak difermentasikan sehingga lebih tahan lama, hanya dibiarkan hingga akhirnya membusuk dan dibuang. Beberapa jenis dedaunan dari pohon lamtoro, gamal, kaliandra, akasia dan sengon juga mengandung kadar nutrisi yang tinggi

Proses Fermentasi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak.

Proses fermentasi jerami berbeda dengan amoniasi yang merupakan proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur yang lebih lunak. Dengan demikian yang berubah dalam proses amoniasi hanyalah struktur fisiknya saja dan penambahan unsur N. Sedangkan fermentasi jerami merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak menjadi lebih efisien.
Bahan-bahan Fermentasi Jerami

Jerami padi dengan kadar air sekitar 60% (jerami padi kering panen), dengan berat sekitar 1 ton, Starbio 6 kg, Urea 6 kg, Air secukupnya, jika jerami padi kadar airnya kurang dari 60%.

Cara Kerja

Campur secara merata Starbio dan urea dengan perbandingan 1:1 yaitu 6 kg starbio dan 6 kg urea, kemudian jerami padi ditumpuk, dengan ketinggian kurang lebih 30 cm lalu diinjak-injak. Taburi campuran starbio dan urea, kemudian siram dengan air jika diperlukan (apabila kadar air jerami yang digunakan kurang dari 60%), sehingga kelembaban jerami menjadi sekitar 60% yang ditandai jika jerami diremas-remas dengan tangan tidak meneteskan air, namun tangan basah, kemudian tumpuk kembali jerami padi, di atas tumpukan sebelumnya, lalu ditaburi kembali dengan campiran starbio dan urea, siram dengan air jika perlu. Lakukan kembali prosedur 4, dan demikian seterusnya sampai jerami habis diperlakukan, atau tumpukan jerami sekitar 1,5 meter atau semampunya menjangkau. Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu diapa-apakan) Setelah 21 hari jerami padi dibongkar dan diangin-anginkan atau dikeringkan di bawah sinar matahari.

Jerami padi siap diberikan ternak atau distok, digulung, dipak atau disimpan dalam gudang. Proses fermentasi jerami ini harus dilakukan di tempat teduh atau tempat yang terhidar dari panas matahari dan air hujan. Namun tidak perlu ditutup, cukup diberikan penahan baik dari samping maupun bagian atas agar tidak dirusak oleh ternak seperti ayam.

Selain jerami padi, bahan lain yang dapat difermentasi dan digunakan sebagai pakan ternak, adalah alang-alang, pucuk tebu, kulit kakao dan lainnya. Tanaman Alang-alang yang difermentasi harus dilayukan terlebih dahulu dan dipotong-potong dengan panjang anatara 5-10 cm. Bahan lainnya sama yaitu, starbio dan urea.

Urea dalam proses fermentasi bermanfaat untuk mensuplai NH3 (amoniak), yang akan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba dalam proses fermentasi, sehingga urea dapat dinyatakan hanya sebagai katalisator, bukan sebagai penambah nutrisi pakan. Jerami fermentasi, akan memiliki Total Digestible Nutrien (TDN), atau bahan yang dapat dicerna mencapai 70%. Sebagai perbandingan, rumput atau hijauan berserat memiliki TDN maksimum 50%.

Keuntungan Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi

Pemanfaatan jerami padi fermentasi, akan memberikan keuntungan yaitu dapat mengurangi biaya pakan, khususnya dalam penyediaan hijauan sebagai pakan utama ternak ruminasia seperti sapi, dapat meningkatnya daya dukung lahan pertanian, karena bertenak sapi tidak harus menyediakan lahan sebagai tempat menanam hijauan pakan ternak, dapat memberikan nilai tambah bagi petani padi, apabila suatu saat nanti, petani telah melihat peluang tersebut, artinya jerami padi bukan lagi sebagi limbah yang mengganggu proses produksi, melainkan sebagai produk yang dapat menghasilkan uang.

Selain itu, penggunaan jerami fermentasi juga dapat memberikan peluang baru bagi simpul-simpul agribisnis jika dikelola secara professional, artinya suatu saat nanti akan muncul bisnis atau usaha baru dalam pelayananan jasa, seperti prosesing dan pengangkutan jerami padi sebagai pakan ternak, sehingga sektor pertanian akan memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan demikian, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak khususnya ternak sapi, akan memberikan berbagai keuntungan, antara lain ekonomi, lingkungan, ketanaga-kerjaan, dan lain sebagainya.

KESIMPULAN

Hijauan dari sisa pertanian seperti jerami, jagung dan lain-lain oleh petani hanya diambil sebagai bahan pakan ternak pada saat sisa hasil pertanian ini hanya ditumpuk dan dibiarkan kering. Dengan kondisi limbah atau sisa hasil pertanian yang kering, petani tidak memanfaatkannya untuk pakan ternak. Hal ini disebabkan hewan ternak tidak mau memakan sisa atau limbah pertanian yang sudah kering tersebut. Untuk mengatasi kendala-kendala penyediaan bahan pakan ternak pada musim kemarau maka kami menciptakan suatu produk teknologi yang membantu mengatasi penyediaan bahan pakan untuk ternak pada musim kemarau, dapat meningkatkan berat badan ternak, mengurangi bau kotoran ternak, dan membantu menfermentasi bahan pakan agar merangsang nafsu makan ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Parakkhasi, A., 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.

Tillman, et al. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Utomo, R, 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Selasa, 11 Agustus 2009

Teknologi Pemanfaatan Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Ternak

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Berbagai upaya boleh dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya, memerlukan investasi yang mahal; secara kimiawi meninggalkan residu yang mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (ban amonia yang menyengat). Cara baru yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio, starbio, EM-4 dan lain-lain).

1. Bahan.
- Jerami : 1 ton
- Urea : 6 kg
- Starbio atau bahan sejenis : 5 kg
- Air : Secukupnya

2. Tempat
Ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.

3. Cara Pembuatan

- Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.
- Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 cm (boleh diinjak-injak) kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami seperti cara di atas sehingga mencapai ketinggian ± 1,5 m.
- Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik).
- Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan.
- Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam gudang
- Tahan disimpan selama ± 1 tahun

4. Catatan

Dalam membuat jerami fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni. Selain jerami, bahan lain yang bisa di fermentasi untuk makanan ternak antara lain: alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3, ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi.

5. Perbedaan Amoniasi dan fermentasi

Amoniasi:
Yaitu suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja.

Fermentasi:
Yaitu proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi Iebih efisien.

JERAMI PADI FERMENTASI YANG BAIK

  • Baunya agak harum.
  • Warna kuning agak kecoklatan (warna dasar jerami masih nampak kelihatan).
  • Teksturnya lemas (tidak kaku).
  • Tidak busuk dan tidak berjamur.

Tabel Kandungan gizi jerami padi segar dan fermentasi

Zat Makanan
Jerami segar (%)
Jerami fermentasi (%)
1. Kadar air
2. Abu
3. Serat kasar
4. Lemak
6. BETN
6,750
19,750
27,300
1,120
40,190
9,975
1,950
9,700
2,480
66,652

Sumber : BPTP Jawa Barat (2001)